Nundang Binieak adalah ritual adat budaya rejang yang turun-temurun sejak berabad-abad silam, ritual ini dilakukan pada saat sebelum menanam padi di sawah.Yang dengan harapan agar benih benih padi yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan tidak terganggu dari gangguan hama .
Nundang Binieak dalam bahasa sehari-hari bisa diartikan sebagai mengundang bibit.
Dalam prosesi nundang binieak ini dipimpin oleh seorang tetua adat yang nantinya akan membaca doa dan mantra.
Prosesi ritual adat Nundang Binieak
Benih-benih padi dibalut dengan kain putih,yang mana sebelumnya benih ini telah dibasahi dengan ramuan-ramuan tradisional antara lain jeruk nipis, daun cekrau, daun kumpei, satu kilogram rebung bambu gading (bambu kuning), kunyit busuk, 20 buah pinang dan kendur. Semua dipotong kecil-kecil dan diramu menjadi satu dengan benih padi tersebut. Benih ini terdiri atas inti berasal dari tujuh tangkai padi hasil panen tahun sebelumnya yang disimpan khusus, dicampur dengan benih padi lainnya.
Semua ramuan yang diaduk dengan benih padi ada artinya. Rebung bambu kuning misalnya, selama ini mampu mencegah tanaman padi di sawah dari serangan hama tikus. Kendur dan kunyit busuk diyakini dapat mengusir hama kutu seperti walang sangit. Jadi, ramuan itu bukan asal saja, tetapi diambil dari tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional oleh masyarakat Rejang
lalu ketua adat membaca doa dan mantra Doa untuk para leluhur dan semua warga Rejang, intinya agar Yang Mahakuasa memberikan keselamatan dan melindungi tanaman padi yang bakal ditebar.
Selanjutnya kain penutup tumpukan benih-benih padi tadi dibuka lalu di percikan dengan air kelapa muda hijau dengan setangkai daun sidingin (juga ramuan obat tradisional ) hingga benih padi tersebut kelihatan basah.
Prosesi ritual budaya itu lantas ditutup dengan doa selamat dan makan bersama oleh semua yang hadir. Hidangannya berupa nasi puncung dengan dua ayam matang utuh yang ditaruh di atas talam. Ayam itu juga bukan sembarangan, tetapi harus ayam putih dan biring, yakni seekor ayam warna kuning keemasan baik kaki maupun bulunya. Ayam harus utuh, tidak dipotong-potong layaknya hidangan biasa.
Seusai makan bersama, warga yang hadir dibekali sejumput benih yang sudah diramu untuk dicampur dengan benih yang disiapkan di rumah masing-masing. Sebaliknya, warga yang tidak datang akan diberi, sampai semua petani kebagian.
Catatan,
Dalam konteks kekinian, Nundang Binieak sama dengan gong atau ketok palu agar petani turun serentak ke sawah. Biasanya, warga tidak peduli kalau hanya diimbau pejabat pertanian. Tetapi, jika aba-aba turun ke sawah datang dari tetua adat, semua akan patuh.
source : rejang-lebong.blogspot.
edited by rejangkeme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar