Arsitek Rumah Rumah Tua Orang Rejang

Seperti di desa tua lainnya di Lebong, bentuk dan ornament yang ada di bangunan rumah-rumah penduduknya hampir sama.
Ornament yang terdapat pada rumah-rumah penduduk asli orang Rejang terdiri dari 2 (dua) kelompok. Jenis (kelompok) pertama merupakan bangunan rumah berornamen dan memiliki seni arsitektur bernilai tinggi yang sangat erat kaitannya dengan status social dan keberadaan pemiliknya.




Rumah rumah serupa juga bisa ditemukan di desa Kota Donok. Pada umumnya, rumah asli penduduk Rejang terbuat dari bahan kayu yang berkualitas tinggi. Rumah yang terbuat dari bahan kayu (papan) tersebut mampu bertahan hingga ratusan tahun dan sampai sekarang masih utuh. Rumah-rumah tua itu selalu dihiasi dengan ornament seni yang tinggi, meskipun terlihat sangat sederhana.
Misalnya di bagian risplang rumah. Selalu dihiasi dengan ukiran penuh dengan simbol-simbol flora seperti daun, bunga atau lainnya. Demikian pula di bagian dinding rumah—terutama di bagian depan selalu dihiasi dengan ukiran dari papan, yang kemudian ditempelkan dinding kayu (menyatu).



Ciri khas ornamen klasik dengan arsitektur bernilai seni tinggi pada rumah orang Rejang mengisyaratkan status sosial pemiliknya. Ciri khasnya adalah pemasangan papan pada dinding dilakukan secara berdiri, di bagian dinding depan rumah biasanya hanya ada dua jendela dan sebuah pintu berukuran besar. Rumah orang Rejang seperti itu, biasanya memiliki ruang tamu di bagian depan yang cukup besar (beranda) .
Di samping jendela di bagian depan. Masih ada dua jendela di sisi kiri dan kanan. Kecenderungan seperti itu hampir pada semua rumah asli orang Rejang. Pada ruang kedua, biasa merupakan ruangan keluarga yang berukuran separuh dari ruangan tamu yang ada di depannya. Di ruangan kedua itu, sebagian ruangnya digunakan untuk kamar tidur utama. Sementara dipan tempat tidur bagi yang mampu bisa saja diletakkan di salah satu sudut ruang tamu, ruang keluarga pertama dan ruang keluarga kedua.

Ciri khas lainnya rumah asli orang Rejang adalah bertingkat dan mempunyai karakter tinggi dengan tiang-tiangnya disertai bentuk rumahnya yang membujur (empat persegi panjang). Ada yang memanfaatkan tingkat bawah sebagai temat kumpul-kumpul keluarga sehari-hari dan ada yang tidak memanfaatkannya. Artinya dibiarkan kosong dan biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk menyimpan bahan kayu bakar, kandang sapi, kandang ayam atau menyimpan bahan-bahan bangunan lainnya.
Rumah-rumah tua ini hampir semuanya dilengkapi kamar mandi di bagian belakang lengkap dengan pancurannya beserta tempat menyimpan berbagai alat-alat pertanian dan menggantung pakaian kerja. Karena, kalau diletakkan di ruang kamar mandi yang serbaguna itu, akan mudah untuk dicuci (dibersihkan).

Dulunya, rumah-rumah asli Rejang itu, walau papan lantainya sudah demikian mengkilat karena selalu di-pel, sebagian pemiliknya yang mampu akan menambahkan alas lantainya berupa paran (tikar anyaman dari rotan atau kulit bambu yang tua dan pilihan). Paran itu juga dianyam dengan tambahan ukiran sedemikian rupa.
Rumah-rumah itu memiliki plapon yang juga terbuat dari bahan kayu (papan) pilihan, sehingga di atasnya dimanfaatkan untuk tempat menjemur atau mengeringkan biji kopi. Menyimpan hasil perkebunan lainnya, seperti pisang, nangka dan buah-buahan lainnya.

Bangunan rumah asli orang Rejang memang sudah sedemikian maju dan itu menandakan pengetahuan orang Rejang terhadap design bangunan rumah sudah demikian tinggi. Karena, sebuah bangunan rumah mereka, sudah lengkap dengan ruang-ruangnya. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang bermusyawarah, kamar tidur, kamar gudang (tempat beras dan lainnya), dapur, kamar mandi (ruang kamar mandi), ruang menyimpanan berbagai hasil pertanian dan sebagainya. Ruangan-ruangan ini dipisahkan oleh dinding papan yang dibuat sedemikian rupa.

Oleh karena itu, ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyebut ruang-ruang atau kamar di dalam struktur rumah asli Rejang. Misalnya


  • brendo (beranda, teras rumah),
  • smigo (ruang utama yang letaknya paling depan sesudah bredo),
  • bilik (kamar tidur),
  • dopoa (dapur),
  • palai (ruang di atas plapon rumah),
  • ndea (tangga),
  • kemdan (jendela)
  • bang (pintu).
Untuk menyebut bilik (kamar tidur) biasanya ditambah dengan nama siapa yang sering tidur di kamar tersebut. Misalnya kamar tidur nenek maka disebut bilik sebei dan seterusnya. Dalam arsitektur orang Rejang sudah mengenal model-model daun jendela dan pintu. Untuk pintu utama, biasanya selain pintu lapisan pertama terbuat dari kayu. Kemudian pada lapisan kedua ada pintu yang terbuat dari kaca yang dibingkai dengan kayu. Sementara untuk pintu kedua (di dalam rumah) tidak demikian. Cukup dengan daun pintu terbuat dari papan.
Melihat seni arsitek ‘ukir’ pada dinding, pintu, jendela dan dinding-dinding ruang rumah orang Rejang kemungkinan dipengaruhi oleh seni kaligrafi dalam agama Islam dan aliran naturalisme. Sebab, melihat dari lika-liku ukiran, simbol yang dilukis dan rangkaian-rangkaian ukirannya, memang demikian.

source : rejang-lebong.blogspot.com

Adat dan Upacara Perkawinan Suku Rejang

Bagi suku Rejang perkawinan mempunyai beberapa tujuan. Tujuan suatu perkawinan adalah :

  • a. untuk mendapatkan teman hidup dan memperoleh keturunan, yang disebut Mesoa Kuat Temuun Juei;
  • b. untuk memenuhi kebutuhan biologis, hal dimaksudkan agar kaum muda dapat terhindar dari perbuatan tercela;
  • c. memperoleh status sosial ekonomi. Bagi suku Rejang bujang dan gadis belum merupakan orang kaya ( coa ade kayo ne) oleh karena itu mereka harus kawin, setelah kawin mereka akan bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan memupuk kekayaan bagi keluarga mereka sendiri.
Pengantin Rejang dari turunan bermani ix
Suku Rejang juga memiliki suatu pandangan mengenai perkawinan yang diinginkan (ideal). Perkawinan seperti ini kebanyakan diukur dari kondisi calon pengantin, baik laki maupun perempuan. Perempuan yang baik untuk menjadi isteri apabila dia memenuhi berbagai persyaratan, yang pada dasarnya menunjukkan perilaku yang baik dan pandai mengatur rumah tangga. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain adalah : baik tutur katanya; pandai mengatur halaman rumah dan bunga-bunga di pekarangan; pandai menyusun/mengatur kayu api (semulung putung); bagus bumbung airnya (lesat beluak bioa); dan mempunyai sifat pembersih.
Sedangkan bagi kaum laki-laki, syarat-syarat yang harus dipenuhi menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berilmu-pengetahuan dan berketerampilan. Syarat-syarat bagi laki-laki tersebut antara lain adalah : banyak ilmu batin dan pandai bersilat; pandai menebas dan menebang kayu; pandai membuat alat senjata dan alat-alat untuk bekerja. Selain itu dalam adat suku Rejang juga diatur larangan untuk kawin bagi anggota suku tersebut. Secara adat, orang Rejang dilarang kawin dengan saudara dekat, sebaiknya perkawinan itu dilakukan dengan orang lain (mok tun luyen). Perkawinan dengan saudara dekat dianggap merupakan suatu perkawinan sumbang, yang mereka sebut Kimok (memalukan/menggelikan). Perkawinan dengan sesama famili disebut kawin Sepasuak dan perkawinan dengan saudara yang berasal dari moyang bersaudara (semining) disebut Mecuak Kulak. Perkawinan Sepasuak dan Mecuak Kulak ini merupakan perkawinan yang dilarang, namun demikian apabila tidak dapat dihindarkan maka mereka yang kawin didenda secara adat berupa hewan peliharaan atau uang, denda seperti ini disebut Mecuak Kobon. Jenis perkawinan lainnya yang dilarang secara adat adalah perkawinan antara seorang pria atau wanita dengan bekas isteri atau suami dari saudaranya sendiri, apabila saudaranya tersebut masih hidup. Bentuk-bentuk perkawinan dalam adat suku Rejang berhubungan erat dengan peristiwa atau kejadian sebelum perkawinan tersebut dilaksanakan. Bentuk-bentuk perkawinan tersebut adalah : a. Perkawinan biasa, yakni perkawinan antara pria dan wanita yang didahului dengan acara beasen (bermufakat) antara kedua belah pihak. b. Perkawinan sumbang, yakni perkawinan yang dianggap memalukan. Misalnya karena sang gadis telah berbuat hal-hal yang memalukan (komok) sehingga menimbulkan celaan dari masyarakat atau perkawinan yang dilakukan oleh sesama saudara dekat. c. Perkawinan ganti tikar (Mengebalau), yaitu perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki yang isterinya telah meninggal dengan saudara perempuan isterinya, atau dengan perempuan yang berasal dari lingkungan keluarga isterinya yang telah meninggal tersebut.
Upacara perkawinan dalam adat suku rejang mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu upacara sebelum perkawinan, upacara pelaksanaan perkawinan dan upacara setelah perkawinan. Oleh sebab itu, perkawinan dalam suku Rejang terdiri dari :
a. Upacara sebelum perkawinan, yang terdiri dari :
  • 1) Meletak Uang, yaitu upacara pemberian uang atau barang emas yang dilakukan oleh kedua calon mempelai di rumah si gadis, dengan disaksikan oleh keluarga kedua belah pihak. Maksud upacara ini adalah memberi tanda ikatan bahwa bujang dan gadis tersebut sudah sepakat untuk menikah.
  • 2) Mengasen, yaitu meminang yang dilakukan di rumah keluarga si gadis.
  • 3) Jemejai atau Semakup Asen, yaitu upacara terakhir dalam peminangan yang merupakan pembulatan kemufakatan antara kedua belah pihak. Tujuan upacara ini adalah untuk : meresmikan atau mengumumkan kepada masyarakat bahwa bujang dan gadis tersebut telah bertunangan dan akan segera menikah; mengantar uang antaran (mas kawin), dan menyampaikan kepada Ketua Adat mengenai kedudukan kedua mempelai itu nantinya setelah menikah.
b. Upacara Pelaksanaan Perkawinan, terdiri dari : Upacara pelaksanaan perkawinan pada suku Rejang pada umumnya terdiri dari dua macam upacara, yaitu Mengikeak dan kemudian diikuti dengan Uleak. Mengikeak adalah upacara akad nikah dan upacara Uleak adalah pesta keramaian perkawinan. Pelaksanaan Mengikeak biasanya dilaksanakan di tempat pihak yang mengadakan Uleak, namun demikian berdasarkan permufakatan bisa saja mengikeak dilaksanakan di rumah mempelai pria dan Uleak dilaksanakan di rumah mempelai wanita. Dalam permufakatan adat hal seperti ini disebut : Mengikeak keme, uleak udi artinya menikah kami merayakannya kamu. c. Upacara Sesudah Perkawinan, terdiri dari : Pada zaman sekarang berbagai upacara sesudah pelaksanaan perkawinan tidak begitu diperhatikan lagi. Pada zaman dahulu setelah upacara perkawinan, dilakukan pula berbagai upacara yaitu :
  • 1) Mengembalikan alat-alat yang dipinjam dari anggota dan masyarakat dusun.
  • 2) Pengantin mandi-mandian, melambangkan mandi terakhir bagi kedua mempelai dalam statusnya sebagai bujang (jejaka) dan gadis.
  • 3) Doa selamat.
  • 4) Cemucu Bioa, yaitu berziarah ke makam-makam para leluhur.
  • d. Adat Menetap Sesudah Perkawinan.
Apabila akad nikah dan upacara perkawinan telah dilakukan, maka kedua mempelai itu telah terikat oleh norma adat yang berlaku. Kebebasan bergaul seperti pada masa bujang dan gadis hilang, dan berganti ke dalam ikatan keluarga di mana mereka bertempat tinggal. Status tempat tinggal (Duduk Letok) mereka ditentukan oleh hasil permufakatan yang telah diputuskan dalam upacara Asen. Bagi suku bangsa Rejang ada dua macam Asen, yakni Asen Beleket dan Asen Semendo. Asen Beleket artinya mempelai perempuan masuk ke dalam keluarga pihak laki-laki, baik tempat tinggalnya maupun sistem kekerabatannya. Asen Beleket dibedakan lagi dalam dua macam Asen, yaitu Leket Putus dan Leket Coa Putus (tidak putus). Pada Leket Putus, hubungan mempelai perempuan dengan pihak keluarganya diputuskan sama sekali. mempelai perempuan tersebut sepenuhnya menjadi hak keluarga pihak laki-laki. Apabila suaminya meninggal terlebih dahulu, maka perempuan tersebut tetap tinggal di lingkungan keluarga suaminya. Biasanya ia dinikahkan dengan saudara suaminya atau sanak saudara suaminya yang lain, tanpa membayar uang apa-apa dan ia tidak boleh menolak. Pada Leket Coa Putus hubungan mempelai perempuan dengan keluarganya tidak terputus sama sekali. Pada Asen Semendo terdapat banyak variasi. Pada mulanya Asen Semendo merupakan lawan atau kebalikan dari Asen Beleket, yakni :
  • 1) Semendo Nyep Coa Binggur (hilang tidak terbatas), mempelai laki-laki masuk dan menjadi hak pihak keluarga perempuan sepenuhnya.
  • 2) Semendo Nyep/Tunakep (menangkap burung sedang terbang), mempelai laki-laki dianggap oleh keluarga pihak perempuan sebagai seorang yang datang tidak membawa apa-apa. Jika terjadi perceraian atau laki-laki tersebut meninggal terlebih dahulu maka semua hak warisnya jatuh kepada isterinya.
  • 3) Semendo Sementoro/Benggen (berbatas waktu), mempelai laki-laki pada awal kehidupan berkeluarga harus tinggal dalam lingkungan keluarga pihak mempelai perempuan, setelah itu dia bersama isterinya dapat tinggal dalam lingkungan keluarga asalnya atau membentuk lingkungan keluarganya sendiri.
  • 4) Semendo Rajo-Rajo, yaitu apabila kedua mempelai berasal dari dua keluarga yang sama kuat atau sederajat. Kedudukan dan tempat tinggal kedua mempelai setelah perkawinan diserahkan sepenuhnya kepada kedua mempelai untuk memutuskannya.
Bengkulu, 27 M e i 1996. DAFTAR PUSTAKA : 1. Anonim; Adat Istiadat Daerah Bengkulu, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978. 2. Anonim; Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Bengkulu, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebiudayaan Daerah Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995/1996. 3. Hamidy, Badrul Munir, Drs. et al; Isi dan Kelengkapan Rumah Tangga Tradisional Daerah Bengkulu, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1985. 4. Hamidy, Badrul Munir, Drs. et al; Upacara Tabot di Kotamadya Bengkulu, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991/1992. 5. Harfield, Alan; Bencoolen : A History of the Honourable East India Company's Garrison on the West Coast of Sumatra (1685-1825), A and J Partnership, 1995. 6. Hoesin, Kiagoes; Koempoelan Oendang-Oendang Adat Lembaga dari Sembilan Onderafdeelingen dalam Gewest Benkoelen, Sriwijaya Media Utama, 1993. 7. Soeprapto; 10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu : Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989, Pemerintah Propinsi Daerah Tk.I Bengkulu, 1989. 8. Waluyo, Harry Drs.; Pola Penguasaan, Pemilikan dan Penggunaan Tanah Secara Tradisional Daerah Bengkulu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. 9. Waib, Mardan Drs. et al; Wujud Arti dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukungnya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisonal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995/1996.

Credit photo : Bpk. Ade Bachtiar

source : rejang-lebong.blogspot.com

All About Imbang Jaya

Membaca silsilah Tuanku Sultan Mardu Alam Syah dari kerajaan Indrapura (Pagaruyung/Minangkabau). Dalam silsilah tersebut diterangkan, bahwa Tuanku Sultan Mardu Alam Syah mempunyai seorang anak bernama Sutan Mohammad Jasin yang bergelar Raja Mahkota Alam pergi ke daerah Lebong (Rejang-Lebong), dan mendirikan sebuah dusun yang diberi nama Kota Rukam. Sutan Mohammad Jasin kemudian menikah dengan Putri Cindar Diwi, anak perempuannya kepala suku Rejang yaitu Raja Imbang Jaya (P. Wink, 1926:11-12).

banyak buku dan artikel yang menyebutkan nama Imbang Jaya, terutama buku-buku dan artikel mengenai kisah Cindur Mata. apakah Imbang Jaya yang di sebutkan tersebut adalah Raja Imbang Jaya dari Rejang? sayang buku-buku dan artikel tersebut tidaklah lengkap.

dalam buku dan artikel-artikel yang menyebutkan kata Imbang Jaya juga terdapat kata Sikalawi. apakah itu dimaksud dengan renah sekalawi/Lebong?.bagaimana dengan kata sungai Ngiang?


From Book Pendar pelangi By Achadiati Ikram, Sri Sukesi Adiwimarta, Universitas Indonesia Fakultas Sastra

From book of Cindur Mata By Aman Dt Madjoindo

From book : Alam terkembang jadi guru By A. A. Navis

dalam penggalan tersebut ada disebutkan kata Sungai Niang...? apakah ini yang di maksud dengan Tuanku Rajo Mudo sungai Ngiang, Rejang Lebong, Bengkulu

from Wisran Hadi By Pusat Bahasa (Indonesia)

from book Kesenian randai di Minangkabau By Chairul Harun

from book :Yang berjalan sepanjang jalan By A. A. Navis


from book : Keturunan raja-raja Kelantan dan peristiwa-peristiwa bersejarah By Abdullah bin Mohamed

(apakah ini masih ada kaitannnya dengan Raja Imbang Jaya dari lebong? )

from book :Cindua Mato By M. Rasjid Manggis Dt Radjo Panghoeloe
(sikalawi apakah ini yang di maksud dengan renah sekalawi /Lebong )

from book :Bujang jauh By Selasih, Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

( ranik Jintan ? ,Tiang Bungkuk ? Adi Tia warman ? )

from book :Budaya jaya By Dewan Kesenian Jakarta




Raja Mahkota Alam ( cerita asal usul kota Rukam )

silsilah Tuanku Sultan Mardu Alam Syah dari kerajaan Indrapura (Pagaruyung/Minangkabau). Dalam silsilah tersebut diterangkan, bahwa Tuanku Sultan Mardu Alam Syah mempunyai seorang anak bernama Sutan Mohammad Jasin yang bergelar Raja Mahkota Alam pergi ke daerah Lebong (Rejang-Lebong), dan mendirikan sebuah dusun yang diberi nama Kota Rukam. Sutan Mohammad Jasin kemudian menikah dengan Putri Cindar Diwi, anak perempuannya kepala suku Rejang yaitu Raja Imbang Jaya (P. Wink, 1926:11-12).

source : http://agussetiyanto.wordpress.com/

Serambea tentang Gunung Bungkuk - Oldies Rejang Poetry

Retype from M. A. Jaspan documentation, Leiden university

Lowland Varian I

Pang pang batang metapang,
Batang pauh timboa terglam
Bukan kami lambat datang
Dusun djauh bulan beklam

Stabi ritjang stabi
Stabi ke bumi dengan langit
Selabar bulan dengan bitang
Stabi ku diwo Gunung Buku`

Selabar duate` Bukit Kaba
Gunung Buku` ulu Bengkulu.
Bukit Kaba mdale` Redjang
Pade` djelakar kurung

Selabar pade` djuru ambang
Djuru ambang djuru pengiring.
Akat aku indangkan kami!
Indangkan kami mudi` meler
Mudi` meler djatan tunggang.

source :rejang-lebong.blogspot.com

Weapon of Rejang Tribe

Pratinjau buku ini


Taken page 120-121

[New+Picture+(1).bmp]
[New+Picture2.bmp]
[New+Picture+3.bmp]

source :rejang-lebong.blogspot.com

THE REJANG FOLK DOCTOR

Pratinjau buku ini



[New+Picture+(14).bmp]
[New+Picture+(13).bmp]
[New+Picture+(12).bmp]
[New+Picture+(11).bmp]
[New+Picture+(10).bmp]
[New+Picture+(9).bmp]
[New+Picture+(8).bmp]

[New+Picture+(7).bmp]
[New+Picture+(6).bmp]
[New+Picture+(5).bmp]
[New+Picture+(4).bmp]
[New+Picture+(2).bmp]
[New+Picture+(3).bmp]
[New+Picture+(1).bmp]
[New+Picture.bmp]

source:rejang-lebong.blogspot.com

The Princess of Passumah (Mythology from Redjang Tinga and Passumah)

By Walter Murray Gibson
Published 1855
J. C. Riker
Weltevreden (Prison
), Jakarta, Indonesia
495 pages
Original from the New York Public Library
Digitized Oct 20, 2006
Page 171-175


[New+Picture.bmp]


[New+Picture+(1).bmp]
[New+Picture+(2).bmp]
[New+Picture+(3).bmp]
[New+Picture+(4).bmp]

source :rejang-lebong.blogspot.com

Nyang Serai, Dewi Padi nya Suku Rejang

Dalam kepercayaan mythologi lama, berbagai suku di Indonesia pada jaman dahulu banyak mengenal Dewi Padi sebagai Lambang kesuburan untuk pertanian. Bila di Jawa di kenal dengan nama Dewi Sri, dan orang barat menyebutnya Rice Goddes, maka dalam Mythologi Suku Rejang di kenal dengan nama Nyang Serai (Jan. J.J.M. Wuisman dalam buku Indonesian Houses, halaman 420).

Dalam kebudayaan aslinya dahulu, orang rejang percaya dengan mythologi ini, dimana Nyang Serai di percaya akan memberikan kesuburan kepada padi yang di tanam oleh orang Rejang bila menuruti aturan yang di buat Denying dan menghukum berat bagi yang melanggar hukum yang diberlakukan oleh Denying(Panggilan dalam bahasa Rejang untuk Nyang Serai), hukumanya dalam bentuk gagal panen dengan membuat tanaman padi tidak subur atau terkena hama.Tanpa padi orang Rejang akan lemah dan mati demikian menurut cerita mythologi itu, karena padi merupakan makanan pokok orang rejang, sehingga tradisi yang sejak dulu di turunkan oleh leluhur tetap di lestarikan hingga kini, meski jarang, upacara adat Demundang Biniak adalah salah satu Ritual untuk Nyang Serai yang masih bertahan hingga sekarang di Tanah Rejang.

Untuk itu orang Rejang harus menghormati Nyang serai dan berlaku baik pada saudara sesama turunan Pat Bikau (Empat petulai) sebagai penghormatan pada leluhurnya yang telah mewariskan tradisi ini turun temurun. Oleh karena itu sekarang, setiap tahun setelah panen raya terutama di daerah Lebong di gelar Upacara adat Demundang Biniak untuk penghormatan kepada Nyang Serai, untuk memulai menanam padi sehingga tetap di berikan hasil panen yang berlimpah.(Jaspan 1964:178).

source :rejang-lebong.blogspot.com

Benarkah kaum wanita Suku Rejang dahulu punya kebiasaan membuat gigi mereka hitam?

Preview this book

Page 95, is it artikel true? where the source?

[1.bmp]

Kalimat itu menyatakan, bahwa wanita Rejang jaman dahulu punya kebiasaan membuat gigi mereka hitam pekat.


The natural genesis: or second part of A book of the beginnings - Page 95

by Gerald Massey - 1883
The Rejang women of Sumatra are in the habit of making their teeth jet black,
but some of them, particularly those of the Lampong country, file them right ...


Apakah bener statemen di buku tersebut? ada orang Rejang yang bisa memberikan informasi lebih lanjut?

http://books.google.com/books?id=ph1q4ccOOtIC&pg=PA95&dq=rejang+teeth&sig=7yX20GP22vK_bNn9-DxY1dYYIuA#PPA95,M1


source :rejang-lebong.blogspot.com

Recently Unicode For Rejang Language

A new Unicode range in the BMP for the Rejang script, which is used for the Rejang language in Indonesia. There are 37 of these new characters in version 5.1.0 of the Unicode Standard, and they can be viewed using Firefox 2 and version 1.17 of the Code2000 font.

[unicode.bmp]

[unicode1.bmp]

Alan Wood’s Unicode Resources

Test for Unicode support in Web browsers

Rejang

U+A930 – U+A95F (43312–43359)

The Rejang range was introduced with version 5.1.0 of the Unicode Standard, and is located in Plane 0, the Basic Multilingual Plane.

Rejang is a complex, Brahmic script that is used for the Rejang language, which is used on the island of Sumatra in Indonesia.

The characters that appear in the “Character” columns of the following table depend on the browser that you are using, the fonts installed on your computer, and the browser options you have chosen that determine the fonts used to display particular character sets, encodings or languages.

You can find some or all of the characters in this range in the Windows Unicode font Code2000.

To see exactly which characters are included in a particular font, you can use a utility such as Andrew West’s BabelMap, or WunderMoosen’s FontChecker.

If you are not familiar with the characters, you can check the characters displayed here with the graphical display at http://www.unicode.org/charts/PDF/UA930.pdf.

Character
(decimal)
DecimalCharacter
(hex)
HexName
43312A930REJANG LETTER KA
43313A931REJANG LETTER GA
43314A932REJANG LETTER NGA
43315A933REJANG LETTER TA
43316A934REJANG LETTER DA
43317A935REJANG LETTER NA
43318A936REJANG LETTER PA
43319A937REJANG LETTER BA
43320A938REJANG LETTER MA
43321A939REJANG LETTER CA
43322A93AREJANG LETTER JA
43323A93BREJANG LETTER NYA
43324A93CREJANG LETTER SA
43325A93DREJANG LETTER RA
43326A93EREJANG LETTER LA
ꤿ43327ꤿA93FREJANG LETTER YA
43328A940REJANG LETTER WA
43329A941REJANG LETTER HA
43330A942REJANG LETTER MBA
43331A943REJANG LETTER NGGA
43332A944REJANG LETTER NDA
43333A945REJANG LETTER NYJA
43334A946REJANG LETTER A
ꤷꥇ43335ꤷꥇA947REJANG VOWEL SIGN I (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥈ43336ꤷꥈA948REJANG VOWEL SIGN U (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥉ43337ꤷꥉA949REJANG VOWEL SIGN E (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥊ43338ꤷꥊA94AREJANG VOWEL SIGN AI (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥋ43339ꤷꥋA94BREJANG VOWEL SIGN O (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥌ43340ꤷꥌA94CREJANG VOWEL SIGN AU (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥍ43341ꤷꥍA94DREJANG VOWEL SIGN EU (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥎ43342ꤷꥎA94EREJANG VOWEL SIGN EA (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥏ43343ꤷꥏA94FREJANG CONSONANT SIGN NG (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥐ43344ꤷꥐA950REJANG CONSONANT SIGN N (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥑ43345ꤷꥑA951REJANG CONSONANT SIGN R (combined with ba (ꤷ))
ꤷꥒ43346ꤷꥒA952REJANG CONSONANT SIGN H (combined with ba (ꤷ))
ꤷ꥓43347ꤷ꥓A953REJANG VIRAMA (combined with ba (ꤷ))
43359A95FREJANG SECTION MARK

Copyright © 2008 Alan Wood

The hexadecimal numbers and the character names in the above table are taken from the Unicode 5.1.0 Character Database, Copyright © 1991–2008 Unicode, Inc., as contained in UnicodeData.txt on the Unicode Web site (http://www.unicode.org/Public/UNIDATA/) in April 2008.

Created 22nd April 2008 Last updated 22nd April 2008

source :rejang-lebong.blogspot.com
free counters
Related Posts with Thumbnails